Perlu Tidak Sih Menghadirkan Asisten Rumah Tangga?

Halo sahabat, kali ini perkenankan saya mengangkat tema tentang asisten rumah tangga. Saya yakin sekali banyak dari kita orangtua yang sangat senang dengan hadirnya asisten rumah tangga (selanjutnya kita singkat saja dengan istilah ART), karena mereka sangat membantu sekali menyelesaikan pekerjaan domestik di rumah tangga kita. Apalagi jika kita notabene orangtua berstatus pasangan pekerja profesional yang keduanya (baik suami dan istri) bekerja untuk menopang back-up finansial/nafkah keluarga. Jika telah lelah setelah seharian bekerja di kantor, rasa-rasanya tenaga untuk mengerjakan ini itu sudah tidak maksimal. Jadilah tumpukan piring dan rumah yang nampak kotor kurang terurus, bahkan pakaian yang tertinggal begitu saja menumpuk bak gunung vulkanik yang segera meletus sebentar lagi.

Sehingga, dengan keadaan yang serba tidak memungkinkan ini, menghadirkan ART adalah salah satu solusi yang sangat menolong. Lalu seketika itu, di benak kita mengawang-ngawang kebahagian, wah akhirnya ada juga pertolongan, tak perlu lagi khawatir tumpukan piring kotor, pakaian kotor, rumah kotor dan kumuh, apalagi halaman rumah yang serba tidak terurus. Tidak perlu lagi ada pertengkaran soal dikotomi pekerjaan domestik mengenai wilayah kerja suami dan istri. Anak-anak juga akhirnya bisa terhandel dengan hadirnya ART karena mereka bisa menangani antar jemput anak-anak kita yang masih sekolah. Dan masih banyak lagi kebahagiaan lainnya menanti jika dirumah kita ada ART-nya. Itu masih dalam tataran pemikiran kita.

Namun sahabat, pernahkah kita berpikir sejenak bahwa sesungguhnya hadirnya ART di rumah kita akan membawa masalah baru. Agar sahabat tidak salah paham dengan tulisan saya, maka terlebih dahulu saya bikin disklaimer ya, bahwa tulisan ini sungguh tidak ditujukan untuk mendiskreditkan mereka yang berkecimpung di dunia kerja sebagai ART karena pekerjaan itu sah dan halal. Dalam tulisan ini, saya hanya membahas mengenai potensi masalah yang mungkin perlu sahabat kelola atau kendalikan jika akhirnya memutuskan menggunakan jasa ART. Baik, saya breakdown beberapa masalah yang dapat terjadi dengan hadirnya ART di rumah tangga kita:
1. Masalah penjagaan aib keluarga. 
2. Masalah pendidikan karakter pada diri anak.
3. Masalah keamanan rumah.
4. Masalah konsistensi layanan dan loyalitas ART. 

Baik saya jelaskan satu per satu poinnya. Di poin pertama, kita mau tidak mau bakalan bertemu dengan masalah ini. ART yang kita pekerjakan tentu bukan bagian dari keluarga kita, sampai kita mampu membuatnya merasa bersaudara dengan rumah tangga kita maka persoalan beres. Tetapi jika tidak, maka semua aib yang kita jaga rapat-rapat agar tidak menjadi konsumsi tetangga apalagi publik akan menghantui keluarga kita. Karena memang ada juga tipe ART yang sedikit maaf "Rese". Bisa jadi Ada yang berpendapat, kalau keluarganya baik-baik apa iya akan dibicarakan yang enggak-enggak sama ARTnya. Nah di sini dia kita salah kaprah, bahwa keluarga kita baik-baikpun tetap saja ada cerita yang tidak baik yang menjadi bahan gosipan para ART jika suatu waktu kita sedikit konflik dengan mereka.  

Kemudian masalah kedua adalah mengenai tanggung jawab pendidikan karakter pada anak. Banyak dari kita, yang karena merasa tertolong dengan hadirnya ART, mengabaikan peran menjadi orang tua sebenarnya sebagai pengasuh utama pembentukan karakter. Sehingga kita lantas latah bahagia, karena menjadi agak "berlepas diri" dari tanggung jawab mendidik anak. Anak-anak itu memang sudah dari sononya dapat membuat pusing orang tua yang sibuk mengurus pekerjaan kantornya. Tapi, tidak mengendalikan kebahagiaan semu karena tidak diganggu oleh anak-anak, akan menjadi bumerang bagi kita para orang tua. Boleh jadi, panutan mereka sudah bukan kita lagi. Boleh jadi standar nilai sikap mereka akan lebih patuh dengan ART daripada dengan kita orang tua asli mereka. Ada hal lain juga yang perlu kita pikirkan, bagaimana bila mendapati ART yang memang kurang suka sekali menjaga anak-anak, itu adalah kesulitan terbesar kita karena tidak pernah tahu bahwa anak kita dapat menjadi objek pelampiasan kemarahan sang ART. 

Lalu sahabat, di masalah ketiga yang kita sering sekali dengar beritanya di TV, bahwa concern utama kita adalah masalah keamanan rumah. Di luar sana, meski tak dapat digeneralisir ataupun kemudian di streotype, banyak ART yang tidak bertanggung jawab, tidak amanah, bahkan menjadi sumber petaka hadirnya kriminalitas. Sehingga tak pelak sering kita dengar kasus penculikan anak, rumah kebobolan pencuri dan lain sebagainya. Sangat mengerikan lagi bila ART yang kita pekerjakan berasal dari sindikat kriminal yang memperoleh jalan/kesempatan untuk berbuat hal-hal yang negatif terhadap keluarga kita. 

Sampailah kita akhirnya pada masalah yang keempat. Bilapun kemudian, masalah 1, 2, dan 3 yang saya sebutkan diatas tidak terjadi, maka masalah kita yang terakhir adalah loyalitas ART. Sekarang ini susah mendapatkan ART yang loyalis, bekerja minimal setahun dua tahun lalu berhenti. Berhentinya sang ART pasti akan menjadi pukulan telak bagi rumah tangga kita untuk melakukan penyesuaian dalam penyelesaian masalah domestik rumah tangga kita. Konsepnya begini, ART itu adalah aset yang akan selalu dicari oleh keluarga yang tidak dapat menangani pekerjaan domestik rumah tangganya dengan baik, karena itu mereka punya previlege atau keistimewaan sehingga mereka berkesempatan untuk melakukan bergaining (tawar-menawar). Bagi keluarga yang punya kemampuan ekonomi lebih, mungkin tawar menawar gaji dengan ART masih tetap akan dilayani karena skillnya sangat dibutuhkan, namun bagi yang tidak mampu maka harus bersedia kehilangan ART karena keterbatasan finansialnya. Pun kita mampu mengakomodasi kenaikan gaji ART, hal itu tidak serta merta menghentikan langkah ART jika mereka ingin resign.

Mungkin sahabat bertanya dengan nada menyindir kepada saya, "Ah itu kan cuma reka-reka mas saja, kami oke-oke saja tuh dengan hadirnya ART?". Jika itu yang sahabat rasakan, maka tulisan ini tidak perlu sahabat baca. Namun, jika setelah membaca anda tergerak hatinya untuk menjadi rumah tangga mandiri tanpa ART saya sangat bersyukur dahsyat untuk sahabat. Itu artinya anda siap move on menjadi keluarga mandiri. Tulisan blogger sahabat saya berikut akan memandu sahabat menjadi keluarga mandiri tanpa ART. Silahkan klik linknya baca dan resapi. Kesimpulan/benang merahnya daripada kesuksesan rumah tangga mandiri tanpa ART adalah suami istri yang kompak sama-sama menyelesaikan pekerjaan domestik rumah tangga. Wajib untuk kemudian mendistribusi tugas tanpa dikotomisasi agar semua pekerjaan domestik dapat diselesaikan bersama. Langsung ke link ini ya sahabat:





Namun demikian saya tidak menutup mata dengan manfaat hadirnya ART. Saran saya buat mereka yang tetap menggunakan ART, maka jadilah keluarga yang aktif mengikat persaudaraan dengan sang ART sehingga ia tidak merasa sebagai orang lain tetapi merasa bagian utuh dari keluarga kita. Sehingga akan gampang bagi kita untuk mengelola permasalahan-permasalahan yang saya sebutkan di atas. 

Begitu dulu ya sahabat tulisan perdana saya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah ataupun menyinggung dari terbitnya tulisan ini. Niatan saya adalah membangun kesadaran kita menjadi keluarga pejuang yang mandiri dalam menyelesaikan persolan keluarga kita. Sampai nanti, ditulisan saya berikutnya.

Salam hangat dari saya La Saleh - Bapak Rumah Tangga Jaman Now... :)

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia vs Negara Lain: Pilih Punya Banyak Anak atau Sedikit?

Gigitan Kelabang dan Hikmah Pembelajarannya