Sekapur Sirih

Mungkin ada sebagian diantara kita yang merasa bahwa peran ibu dan peran  ayah dalam kehidupan rumah tangga masih perlu dikotomi, dimana ayah sebagai kepala rumah tangga memang tugasnya hanyalah mencari nafkah, urusan rumah tangga mulai dari memasak sampai membesarkan dan mendidik anak adalah tugas para ibu. Itu dulu ya, meskipun sampai saat ini praktek dikotomisasi masih kental sampai saat ini dilakukan oleh beberapa keluarga. 

Namun demikian, saya pribadi memiliki pandangan yang berbeda, dimana peran orangtua harus sama-sama berjalan, dalam artian harus ada kerjasama yang efektif antara para bapak/ayah sebagai suami dan para ibu sebagai istri. Sudah gak jamannya, melarang-larang para ibu untuk mengeksplor kemungkinan berkreasi dengan bidang-bidang yang dijalankan pria, termasuk misalnya dalam hak-hak bekerja untuk back-up finansial para suami dalam penyediaan nafkah bagi keluarga. 

Begitupula peran dalam pekerjaan domestik, semisal household chores (baca: pekerjaan rumah tangga), yang selama ini dijalankan para ibu, para bapak/ayah juga, menurut saya, harus terjun ikut menjadi bagian daripada solusi untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan domestik ini, agar kemudian dapat tercipta suasana bahagia yang membawa iklim kondusif dalam harmonisasi hubungan keluarga. Betapa eloknya, bilamana pekerjaan rumah tangga diselesaikan bersama-sama sebagai sebuah tim, layaknya tim dalam sebuah perusahaan, mengerjakan ini itu bersama-sama agar semua masalah rumah tangga dapat terselesaikan. Kita harus paham bahwa istri menjalankan perannya dengan serius 1 x 24 jam setiap hari. Di pikiran mereka para ibu adalah memastikan semua pekerjaan domestik dapat terselesaikan dengan baik 
sehingga mereka berharap dapat menjadi istri yang baik bagi para suami. Hanya saja kemudian, mereka punya keterbatasan pengelolaan pekerjaan misalnya kemampuan fisik yang bisa jadi tidak memadai layaknya para bapak/ayah. Sehingga disinilah letak peran menyelesaikan masalah domestic household chores ini bisa dilaksanakan bukan hanya oleh para istri saja tetapi juga oleh para suami. 

Tulisan ini, harap kemudian tidak disalah artikan. Bahkan bisa jadi ada yang menganggap saya mengarahkan opini feminis dalam tulisan ini. Tidak begitu adanya sodara pirsawan. Saya hanya mengajak kita berpikir bersama, bahwa rumah tangga itu hanya akan sukses bilamana dimanage dengan baik sebagai suatu persoalan entitas bersama sebagai tim, bukan lagi di ranah dikotomi individual, yang memisahkan peran orang tua, antar para suami dan para istri. 

Yak begitu dulu pembukanya ya, semoga berkenan membaca. Bilamana ada saran dan kritik silah berkomen ria. 

Salam Hangat dari saya, La Saleh - Bapak Rumah Tangga Jaman Now Kekinian

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia vs Negara Lain: Pilih Punya Banyak Anak atau Sedikit?

Gigitan Kelabang dan Hikmah Pembelajarannya